Thursday, May 07, 2009

Negeri Van Oranje

Negeri Van OranjeJudul : Negeri Van Oranje
Pengarang : Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, Rizki Pandu Permana
Penyunting : Gunawan BS
Penerbit : Bentang Pustaka
Edisi : Cetakan I, April 2009, 477 hlm.


Awal tahu novel ini dari promo salah satu penulisnya yang kebetulan kenal di dunia maya. Kenal dari saling mengunjungi blog masing-masing, lalu chatting sekedarnya. Orangnya enak sih, maksudnya enak buat dicela-cela. Lalu waktu dia mudik ke Indonesia sempat ketemuan rame-rame. Dan kemudian beberapa waktu lalu dia tiba-tiba promo novel hasil karyanya ini, jadi pengen tahu. Itu aja... (Sengaja dibikin datar, soalnya kalo mau komen jujur tentang si penulis yang di urutan keempat itu, bakal isinya penuh cela-celaan.. sumpah .. jujur nih Ki :p)

Ditulis oleh 4 orang? Gimana ya pengaturannya? Itu yang pertama kali muncul di benakku waktu tahu ini adalah novel hasil keroyokan.

Cerita Pencari Ilmu di Belanda

Berkisah tentang 5 orang Mahasiswa Indonesia yang berkesempatan melanjutkan studi akademik mereka di Negeri Van Oranje, alias Belanda. Lintang yang Sarjana Sastra mengambil European Study di Leiden, Banjar insinyur yang jadi manager marketing perusahaan rokok menambah ilmu dengan mencari gelar MBA di Rotterdam, Wicak sarjana kehutanan yang kerja di LSM diungsikan untuk menjadi Research Master di Wageningen demi menghindari kejaran cukong-cukong kayu, Daus pegawai Departemen Agama mengejar gelar LLM dalam bidang Human Rights Law di Utrecht. Sedangkan Geri yang anak konglomerat sudah bersekolah di Belanda sejak tingkat Bachelor, dan sekarang sedang mengambil Master nya di Den Haag.

Lima orang dengan latar belakang yang berbeda-beda, tinggal di Belanda tapi di kota yang berbeda-beda, tak sengaja bersamaan terjebak badai di stasiun kereta Amersfort dan disatukan oleh kesamaan nasib dan pertukaran rokok. Dari pertemuan pertama itu berlanjut dengan komunikasi intens antar kota di dunia maya. Mereka berlima membentuk milis dengan nama AAGABAN : Aliansi Amersfort Gara-gara Badai di Netherlands.

Kisahpun bergulir tentang keseharian mereka masing-masing dalam bergelut dengan studi mereka. Begadang setiap malam untuk mengerjakan tugas, mencari referensi seharian di perpustakaan, menghadapi pembimbing, hingga masalah notebook yang crash dan data yang hilang. Selain itu juga tentang usaha mereka untuk bisa bertahan hidup di negeri orang dengan dana yang terbatas, kecuali Geri tentu saja. Diselingi dengan cerita jalan-jalan menelusuri kota-kota di Belanda, juga perjalanan sebagai backpackers mengelilingi sebagian Eropa. Dan tentunya di antara sekumpulan orang dewasa dimana ada lawan jenis, tak bisa dihindari akan muncul kisah roman yang melibatkan banyak segi.

Ditulis Berempat?

Belum tahu bagaimana cara novel ini ditulis dengan melibatkan empat orang sekaligus. Dari biodata penulis tampaknya latar belakang setiap tokoh masing-masing terhubung dengan salah satu penulis, kecuali tokoh Geri. Mungkin setiap penulis menggarap bagian cerita saat tokohnya memegang peran utama, kemudian dikolaborasikan dengan tokoh dari penulis yang lain. Sepertinya agak ribet ya.. terutama untuk menjaga konsistensi gaya bercerita. Ada yang suka ngegaring dengan footnote gak penting, ada bagian yang serius dan mendetil, ada juga bagian yang puitis.

Awalnya aku sangka ini adalah memoar bersama dari serombongan teman satu genk yang memang benar-benar terjadi. Terutama karena cerita latar belakang salah seorang tokohnya memang mirip benar dengan salah seorang penulis yang aku kenal (walaupun penggambaran fisiknya jauh panggang dari api :p .. disitu dibilang cungkring, padalah aslinya potongan cukong.. wekekeke ). Tapi ketika mulai memasuki kisah romannya, barulah curiga bahwa ini bercampur dengan cerita fiksi. Sah-sah saja sih demi untuk membangun cerita yang lebih dramatis dan menarik pembaca, jadi bukan sekedar memoar dan kisah perjalanan. Dan memang tidak ada embel-embel "kisah nyata" atau "memoar" yang dicantumkan di sampul bukunya.

Detail dan Bertabur Informasi Penting

Pendalaman dan penjelasan setting tentu jangan diragukan lagi. Selain karena para penulisnya memang benar-benar pernah bahkan masih tinggal di Belanda, mereka juga adalah mahasiswa S2 yang sudah terbiasa menulis paper ilmiah dengan tuntutan detail yang tinggi. Setiap kota tempat tinggal para tokohnya dikupas habis semua sudutnya. Detail cara hidup mahasiswa Indonesia di rantau juga dijabarkan dengan lengkap. Mereka yang suka bertualang pasti akan merasa dikitik-kitik agar ikut merasakan sendiri semua detail itu. Apalagi hampir di setiap bab selalu ada tambahan kotak Feature berisi Tips-tips menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Belanda dalam bentuk daftar bernomor yang sistematis.

Keberadaan kotak-kotak Feature yang berisi tips-tips itu memang sangat bermanfaat buat pembaca yang akan atau ingin mengikuti jejak para penulis meneruskan studi atau sekedar jalan-jalan di Belanda. Hanya saja jadi agak mengaburkan genre dari buku ini, ini buku fiksi atau non-fiksi? Yah, mungkin sebaiknya tidak usah dikotak-kotakkan, nikmati saja bagian fiksinya sebagai hiburan dan bagian non-fiksinya sebagai tambahan informasi.

Bagian fiksinya sendiri lumayan menarik dengan konflik yang cukup mengejutkan. Walaupun konfliknya agak lambat terbangun karena di bagian awal hingga pertengahan lebih banyak menjelaskan latar belakang setiap tokoh dan detail kota-kota di Belanda. Masalahnya bagian fiksi ini bukanlah satu-satunya topik utama dari buku ini, jadinya ya jangan mengharapkan cerita fiksi yang detail dan mendalam.

Panduan Lengkap

Yang jelas buku ini memberikan gambaran yang lengkap tentang lika-liku kehidupan menjadi mahasiswa perantau di negeri Belanda. Indahnya Belanda, kemajuan di Belanda, digabung dengan puyengnya jadi mahasiswa yang harus menghadapi setumpuk tugas dan keterbatasan biaya. Sebuah panduan lengkap yang pantas dimiliki mereka yang punya keinginan untuk melanjutkan studi atau sekedar jalan-jalan di Belanda, dengan bonus cerita fiksi yang lumayan seru dan kocak.